https://cdn.pixabay.com/photo/2017/07/15/15/50/fantasy-2506830__480.jpg
[](https://cdn.pixabay.com/photo/2017/07/15/15/50/fantasy-2506830__480.jpg)
***

I don't know what walls you build are vague and invisible to the ordinary eye. But the wall was very solid, it could not be penetrated with any force.

All these years I have felt the wall around you, whether to protect you from what. Maybe from past wounds that haven't gone away properly. Wounds that make you very careful in your steps, as if in every trail there are thorns that will hurt you.

I know the wound had made you fall to the bottom of the abyss. Dark around you. The sun is dim, even then you feel like you will sink forever. There was no hope of seeing the light even if only a speck.

Various ways you do to see the light. You did that effort for years and finally succeeded. That's your story when we sat on the third floor of a souvenir shop in Malioboro. Time drowned here, left with the hubbub around it.

We both ignore cell phones that keep running, reporting things we don't care about. We sink into sharing endless stories, like the longing I then feel throughout the day, after we are physically apart.

You managed to grab the light after struggling so hard. But without you knowing it, that light is present together with the construction of a virtual wall around it. You yourself don't realize that the wall is soaring high, protecting yourself from anything, sometimes from the very beautiful moonlight.

I tried to tear down the wall secretly, not wanting to open your wound and not wanting the wall to get stronger when I broke it openly. I don't want the repercussions of my efforts to push us away. I don't want that wall to fall and hit myself instead. I also don't want you back in the dark when the wall comes down. The wall appears full of mystery, its impact is also full of mystery if I challenge it.

So, I used crab pincers to grab it. With that technique, I felt the extent to which my movement was affected against the wall, then against you. In that way, I never get tired even though it's been almost eight years. There are times when we are not physically connected, even for long periods of time.

But we never feel lost, maybe because we never have.

If you ask, am I comfortable with that wall and comfortable with our pattern so far, I don't know how to answer. So, if that question comes out of your lips, I'll have the question changed.

"Do you want us to break down this wall together?"

"Yes, I really want to. If we can't, let me be behind this wall with you, whether you have to have it or not. ”

I want you to ask that someday. But before that time came, I gave an early reply. []
***
https://cdn.pixabay.com/photo/2014/08/08/20/55/worried-girl-413690__480.jpg
[](https://cdn.pixabay.com/photo/2014/08/08/20/55/worried-girl-413690__480.jpg)

***
https://cdn.pixabay.com/photo/2016/03/09/09/31/hallway-1245845__480.jpg
[](https://cdn.pixabay.com/photo/2016/03/09/09/31/hallway-1245845__480.jpg)

***

# Dinding Misteri yang Mengelilingimu

Entah dinding apa yang kamu bangun secara samar dan tidak terlihat dengan pandangan mata biasa. Tapi dinding itu sangat kokoh, tidak bisa ditembus dengan kekuatan apa pun. 

Bertahun-tahun aku merasakan dinding itu mengelilimu, entah melindungimu dari apa. Mungkin dari luka masa lalu yang belum hilang benar. Luka yang membuatmu sangat berhati-hati dalam melangkah, seolah di setiap jejak ada duri yang akan melukaimu. 

Aku tahu luka itu sempat membuatmu jatuh ke dasar jurang. Gelap di sekitarmu. Matahari redup, bahkan ketika itu kamu merasa akan tenggelam selamanya. Tidak ada harapan untuk melihat cahaya meski hanya setitik. 

Berbagai cara kamu lakukan untuk melihat cahaya. Upaya itu kamu lakukan selama bertahun-tahun dan akhirnya berhasil. Itu ceritamu ketika kita duduk di lantai tiga sebuah toko souvenir di Malioboro. Waktu tenggelam di sini, pergi bersama keriuhan di sekitarnya. 

Kita sama-sama mengabaikan handphone yang terus menyala, mengabarkan sesuatu yang tidak kita pedulikan. Kita tenggelam sama berbagi kisah yang tak pernah putus, seperti kerinduan yang kemudian aku rasakan sepanjang hari, setelah kita berjarak secara fisik. 

Kamu berhasil meraih cahaya setelah berjuang dengan keras. Tapi tanpa kamu sadari, cahaya itu hadir bersama dengan terbangunnya dinding maya di sekitarnya. Kamu sendiri tidak menyadari dinding itu telah menjulang tinggi, melindungi dirimu dari apa pun, terkadang dari cahaya bulan yang sangat indah. 

Aku mencoba merubuhkan dinding itu secara diam-diam, tidak ingin membuka lukamu dan tidak ingin dinding itu semakin kokoh ketika aku merubuhkannya secara terang-terangan. Aku tidak ingin dampak dari upayaku malah menjauhkan kita. Aku tidak ingin dinding itu rubuh dan malah menimpa diriku sendiri. Aku juga tidak ingin kamu kembali berada dalam gelap ketika dinding itu rubuh. Dinding itu muncul dengan penuh misteri, dampaknya juga penuh misteri bila aku menantangnya.

Jadi, aku menggunakan capit kepiting untuk meraihnya. Dengan teknik tersebut, aku meraba-raba sejauh mana gerakanku terpengaruh terhadap dinding itu, lalu terhadapmu. Dengan cara seperti itu, aku tidak pernah lelah meski sudah berjalan hampir delapan tahun. Ada masa-masa di mana kita tidak terhubung secara fisik, bahkan selama untuk jangka waktu yang lama. 

Tapi kita tidak pernah merasa kehilangan, mungkin juga karena kita tidak pernah memiliki. 

Kalau kamu tanyakan, apakah aku nyaman dengan dinding itu dan nyaman dengan pola kita selama ini, aku tidak tahu harus menjawab bagaimana. Jadi, kalau  pertanyaan itu terucap dari bibirmu, aku akan memohon pertanyaanya diganti.

“Apakah kamu ingin kita merubuhkan dinding ini bersama?”

“Iya, aku sangat ingin. Jika kita tidak mampu, izinkan aku berada di balik dinding ini bersamamu, entah harus memilikinya atau tidak.”

Aku ingin kamu menanyakan itu suatu saat nanti. Namun sebelum saat itu datang, aku memberikan jawaban lebih awal.[]

***
https://cdn.pixabay.com/photo/2013/03/18/13/43/portrait-94809__480.jpg
[](https://cdn.pixabay.com/photo/2013/03/18/13/43/portrait-94809__480.jpg)