Aku hanya berlari dan terus berlari sekencang-kencangnya, walau ranting dan semak belukar terus saja melibas-libas tubuhku yang tidak tertutup benangpun. Semua tidak tampak jelas, gelap gulita aku bahkan tidak mampu melihat garis ditelapak tanganku sendiri.
Rembulan tak muncul, bintang terlalu temeram, entah berapa kali sudah payudaraku tertabrak ranting, atau mungkin juga daun nipah, ku yakin ada lebih 7 goresan, namun kutak perdulikan. Dalam benak ku hanya lari sejadi-jadinya.
Jelas aku tersungkur saat kakiku tak mampu menginjak permukaan bumi, aku tidak tau persis kenapa, yang kurasa hanya terjerembab hingga permukaan bumi kembali kurasa. Entah berapa putaran sudah tubuhku berputar tak tentu arah sampai sesutu menahan tubuhku hingga aku berhenti berputar.
[Image source](https://www.idntimes.com/travel/destination/birgitta-angie/10-hutan-yang-dianggap-paling-angker-di-dunia-1)
>Kencang nafasku tak terbendung, jantungku memompa hingga bahuku naik turun hebat. Aku berusaha menoleh kesana kemari tapi semuanya hitam, tak ada secuil cahaya. Aku berusaha memegang sesuatu untuk membantuku bangkit, yang kurasa tubuhku masih terlungkup.
Deru nafasku masih saja tak terkendali sampai aku melihat sekelabat sinar fokus berwarna kuning atau juga orange, aku tau itu adalah sinar dari sebuah senter. Saat itu juga seakan-akan jantungku berhenti berdegub, tentara mengejarku! Nafas ku seketika itu juga berhenti bersengal aku harus sesenyap mungkin kuatur nafasku namun aku tak kuasa, aku tak mau suara sengal nafasku terdengar rombongan tentara.
Biadap! Kemana dia lari,. Cepat cari tolol! Salah satu dari berteriak kencang, aku mengenali suara itu, aku hafal betul suara itu. Suara itu yang selalu kudengar tiga malam berturut-turut tepat di telingaku dengan kencang, dimana GAM anjing!! Dimana kau sembunyikan senjata!!! Itulah pertanyaan yang selalu kudengar. Setelah bertanya aku selalu merasakan setrum mengguncang tubuhku, aku sadar setrum itu mengalir ditubuhku melalui ujung jempol kakiku. Sepertinya dialah yang mngendalikan perintah kepada yang lainnya.
[Image source](http://chaerolriezal.blogspot.com/2013/03/mengungkap-tragedi-pembantaian-muslim.html?m=1)
>Dengan rasa ngeri yang teramat sangat, kakiku seperti kaku tak mau bergerak, aku harus lari! Ya Allah ya Rab beriku kekuatan.
Kudengar suara semak belukar saling bergesekan jelas mereka mulai mendekat. Sinar fokus tidak hanya kali ini, ada empat mungkin juga lima. Dor! Dor! Dor! Keluar kau biadap! Sangat dekat kudengar masuk ketelinga.
Entah bagaimana tubuh ini bangkit, namun tidak berdiri penuh, kuraih apapun yang bisa kuraih dengan tanganku. Disini aku baru sadar bahwa tubuhku berada di lubang atau celah dari batu besar. Saat aku merasa telah diatas aku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku lari sejadi-jadinya , menapak tak menentu asalkan mampu memacu kecepatan.
Itu dia, kejar cepat kejar!!! Tembak saja! Trataktaktaktak! Suara senapan bersaut-sautan memecah keheningan malam. Mereka jelas menembak kerahku, aku yakin mereka juga sama sepertiku tidak mampu melihat dalam kegelapan, mereka tidak bemar-benar tau posisiku, sinar fokus senter tidak pernah sekalipun menerangi tubuhku. Mereka hanya menerka-nerka keberadaanku dari suara langkah kakiku tergopoh-gopoh.
Kilatan api dari timah panas entah berapa kali melewati atas kepalaku, aku tak perduli aku hanya terus berlari-lari sejadi-jadinya. Menerjang apa yang ada dihadapnku, jatuh, bangkit, lari, jatuh, bangkit, lari.
Aku kehabisan nafas, air mata berurai persis keringat sepenuh ditubuhku. Entah sejauhana sudah, aku hanya bisa menerka-nerka saja, boleh jadi 30 menit tanpa henti, kencang sejadi-jadinya. Jelas aku kehabisan nafas, aku hanyalah ibu rumah tangga yang jarang sekali olah raga, hanya pekerjaan rumah tanggalah yang mengolah ragaku sehari-hari. Memasak makanan untuk kedua anakku yang masih kecil, mencuci baju mereka, dan pekerjaan rumah tangga lainnya, jelas aku hampir-hampir tidak pernah menggunakan kakiku untuk berlari.
>Saat nafas seperti tak terkendali degub jantung terasa keras berdenyut, aku menyerah aku tak sanggup lagi. Antara sadar dan tidak sadar kali ini aku hanya berusaha untuk bernafas, aku hanya tau menghirup udara saja agar paru-paru terus terisi oksigen.
Si bungsu dalam dekapan tidur pulas, bertiup angin santai siang. Menatap wajahnya membuat lelah seakan sirna, anaku yang bungsu sangat mirip suamiku, berambut ikal, hdiung mancung dengan wajah tidak terlalu bulat, sungguh Allah telah menganugerahkan ku keturunan yang ganteng. Hati ini rindu seorang sosok suami yang pergi belum kembali lewat 2 bulan, si bungsu inilah pelipur laraku. Ibuku bilang suamiku dibawa pergi tentara hendak memetik durian, kebetulan disekitar kampung kami tumbuh banyak pohon durian. Pagi itu suamiku ijin untuk pergi bersama tentara yang mendiami sebuah lahan di kampung kami. Mutia abang pergi sebentar dengan mas-mas siliwangi ini ambil durian ya, hanya itulah kata-kata terakhir dari suamiku. Sejak itu tidak pernah lagi kulihat suami ku tersayang, air mataku menetes tanpa sadar di perut si bungsu delam dekapan.
Lamunan rindu seketika sirna saat 8 orang berbadan kekar lengkap bersenjata dan brseragam memegang tanganku dengan kasar. Ayo ikut! Saya salah apa pak.. si bungsu terlepas dalam dekapan saat mereka dengan kasar menarikku, si bungsu terbangun dan tampak dari rautnya rasa terkejut dan takut, anakku mulai menangis. Jangan banyak tanya, ayok ikut kami ke pos! Bentak mereka. Aku terus meronta-ronta menolak sampai popor senjata menghantam leherku. Tak kuingat lagi.
Saat kutersadar aku berada diruangan kosong kurang lebih luar ruangan itu 2x3 meter. Kesadaranku tersontak hendak berdiri, disitu aku sadar aku tidak berbaring, aku duduk di kursi kayu, tanganku terikat dibelakang kursi, begitupun kakiku. Ternyata dihadapanku sudah berdiri 2 orang berbadan kekar dengan kaos hijau dan bercelana loreng, aku berada di pos tentara ini. Dimana kau simpan senjata! Gdebuakk!! Mereka tidak hanya bertanya dengan mulut mereka, kepalan tangan mereka juga menghantam perut ku, entah bagaimana sontak akupun muntah tak sanggup menahan hantaman tepat diperutku. Diama GAM! Dimana kau sembunyikan senjata! Gdebuaakk.
Entah apa yang terjadi, ak tak sadarkan diri. Rasa takut dan ngerii terus hadir dalam hidupku saat berada diruangan 2x3 itu. Mereka bertanya sesuatu yang aku tidak tau, saat kujawab tidak tau pun mereka akan terus mengulanginya lagi dan lagi disertai pukulan, tamparan, jambakan, hingga aku kehilngan kesadaran. Diruangan itupun bercampur air seniku dan keringat, aku tak mampu menahan sakit, rasa ngeri takutku mengantar air seniku keluar tak terkendali. Sore hari semua ikatanku dilepas, sampai siang esoknya aku hanya diberi minum botol aqua sedang dan nasi putih dengan lauk seadanya. Namun bukan diruangan 2x3 tersebut, sebuah rungan terkumci agak lebih luas dengan kamar mandi. Dari rungan itu pun sering kudengar jeritan orang yang tengah disiksa, menangis histeris, hingga batuk-batuk sembari muntah.
>Ternyata bukan hanya aku mengalami kemalangan ini, dari suara yang kudengar ada tiga suara berbeda dari jeritan kesakitan, berarti ada tiga orang, selanjutnya hanya ada teriakkan, dimana GAM! Dimana senjata kau simpan!!
[Image source](https://tirto.id/teungku-bantaqiah-dan-para-santri-dibunuh-militer-czdP)
**Saat matahari mulai tinggi disitulah giliranku, aku tiga kali tenggelam dalam kantong plastik, iyap benar tenggelam. Kantong plastik yang dilubangi dikedua sisinya, kemudian dimasukkan ke kepalaku hingga leher, bagian leher di ikat, kemudian dari atas di isi air melewati hidung, begitulah mereka lakukan hingga aku "tenggelam".**
Sekelabat penyiksaan kejam dan perih itu lewat dibenakku membuatku kembali tersadar, nafas ku mulai mereda, akibat tubuhku lari diluar batas kemampuanku aku hampir-hampir pingsan, mungkin sudah. Aku tidak mau tertangkap mereka lagi, aku tidak mau disiksa lagi, aku harus kembali kepada anak-anak ku dirumah, aku harus hidup!!!
Dalam hati terus kuucapkan berulang-ulang, aku harus hidup, anak-anakku sudah menunggu!. Seketika itu kekuatanku datang entah darimana, kulangkahkan kakiku perlahan, semakin kencang dan kencang, aku terus lari sekencang-kencang nya, apapun yang kutabrak aku tak perduli, entah bagaimana aku menapak bukanlah lagi jadi pikiran dalam benak. Aku terus berlari sejadi-jadinya.......................................................................
Buruj ck
[
](https://esteem.app)
<center>`info@esteem.app`
🌐[`eSteem.app`](https://esteem.app) | 👨💻[`GitHub`](https://github.com/esteemapp) | 📺[`YouTube`](https://youtube.com/eSteemApp)
✍🏻 [`Telegram`](https://t.me/esteemapp) | 💬[`Discord`](https://discord.gg/UrTnddT)
[](https://steemconnect.com/sign/account-witness-vote?witness=good-karma&approve=1)
</center>
Airmata tanpa sadar menetes 28/02/2020
hiveblocks